Lihat jadwal sholat kota anda Format huruf kecil semua
Alqur'an
Hadits
CINTA ALA ROBII'AH AL-ADAWIYYAH
Perempuan Yang Menggetarkan Sejarah Islam Pada suatu malam, seorang perempuan keluar rumah dengan membawa obor yang menyala-nyala di tangan kanannya dan seember air di tangan kirinya. Ia pergi mengelilingi kampung dengan berteriak sangat keras, “Wahaimanusia, seandainya engkau beribadah kepada Allah dan mengharapkan surga. Maka, biarkan surga itu kubakar dengan api ini ! Dan, apabila engkau menjauhi maksiat oleh sebab takut akan neraka. Maka, biarkan neraka itu kusiram dengan seember air yang ada di tangan kiriku…..!” Siapakah perempuan yang berani mengusik kesadaran orang-orang di sekitarnya, danmungkin juga kita? Siapa lagi kalau bukan Rabi’ah al-Adawiyah. Ya, Rabi’ah al-Adawiyah. Perempuan suci yang sepanjang hayatnya mengajarkan cara beribadah kepada Allah dengan motif cinta yang tulus kepadaNya. Ia adalah sufi yang membawa corak baru dalam penghayatan Islam melalui ajaran cinta. Seluruh ajaran Islam dilaksanakan bukan sebab, “Ini semua karena perintahNya danharus dilaksanakan bukan untuk mengharap surgaNya”, bukan pula karena, “Itu ahrus dijauhi karena takut akan siksaNya.” Namun, ia melaksanakan perintah dan menjauhi semua laranganNya sebab cinta yang sebenar-benarny a cinta (al-hubb haqq al-hubb). Bukankah seorang pecinta akan berhias rapih dan wangi dalam shalatnya, melebihi saat pertemuan dengan orang yang paling dicintainya sekalipun? Bahkan, kerap kali ia menangisdalam shalatnya. Kucuran air mata pecinta ini adalah bentuk ungkapan lerinduan, kecintaan,dan kebahagiaan kala “berjumpa” denganNya. Dengarkan, kata-kata Rabi’ah yang terbentuk dalam alunan puisinya : Ya Tuhanku! Tenggelamkan aku dalam kecintaanMu Sehingga tiada suatupun yang dapat memalingkan aku dariMu Kekasihku tiada menyamai kekasih lain biar bagaimanapun Tiada selain Dia dalam hatiku mempunyai tempat manapun Kekasihku ghaib daripada penglihatanku dan pribadiku sekalipun Akan tetapi, Dia tidak pernah ghaib di dalam hatiku walau sedikitpun. Aku mencintaiMu… Oh, Tuhan tercinta… Dengan cinta penuh kesenangan Karena Engkaulah yang penuh kesenangan Maka aku sibuk mengingatMu daripada yang lain Kuharap Kau buka tabir untukku Hingga aku dapat memandangMu Maka ujian yang ini dan itu bukan untukku Melainkan hanya untukMu. Bagi Rabi’ah, bukan cinta apabila penghambaan manusia ada pamrihnya. Dan bukan pulacinta, apabila ibadah manusia memiliki motif-motif duniawi, sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits dari Abu Hurairah ra yang menceritakanbahwa ada orang-orang berkelompok bertanya kepadanya, “Wahai Tuan, ceritakan kepadaku sebuah hadits yang engkau dengar langsung dari Rasulullah!”. “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya, orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Ia didatangkan dan ditanyakan akan nikmat-nikmatny a, lalu ia mengakuinya. Allah SWT berfirman kepadanya, ‘Apakah yang kamu amalkan di dunia ini?’ Ia menjawab, ‘Saya berperang hingga mati syahid.’Allah menjawab, ‘Kamu berdusta, tetapi kamu berperang supaya orang-orangberkata bahwa engkau pemberani dan itu telah dikatakannya.’ Lalu. Allah SWTmemerintahkan agar wajahnya ditarik, kemudian dilemparkan ke dalam api neraka. Berikutnya adalah orang yang mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan suka membaca al-Qur’an didatangkan kepadaNya. Nikmat-nikmatny a ditanyakan dan ia mengakuinya. Allah berkata, ‘Apakah yang kamu kerjakan di dunia ini?’ Ia menjawab, ‘Saya mepelajari ilmu dan suka membaca al-Qur’an karenaMu.’ Allah SWT berfirman, ‘Kamu berdusta karena kam mempelajari ilmu supaya orang-orang mengatakan bahwa kamu pandai dan ahli dalam bidang al-Qur’an dan semua tu telah iucpkan oleh mereka.’ Allah pun memerintahkan agar ia dicampakkan ke dalam api neraka. Selanjutnya, orang yang diberikan kelapangan oleh Allah dan diberi berbagai macam harta akan didatangkandan ditanyakan atas nikmat-nikmatny a, dan ia mengakuinya. Allah SWT berfirman, ‘APakah yang kamukerjakan di dunia?’ Ia menjawab, ‘Saya tidak meninggalkan jalan yang Engkau senangi untuk menginfaqkan harta, melainkansaya menginfaqkannya karenaMu.’ Allah menjawab, ‘Kamu berdusta, tetapi kamu mengerjakannya supaya kamu dikatakan sebagai orang dermawan dan itu telah dikatakannya.’ Allah lalu memerintahkan agar wajahnya ditarik dan dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Muslim). Na’udzubillah min dzalik! Itulahnasib manusia yang beribadah beradsarkan motif duniawi, dan ironisnya itu sering menjangkiti kita! Kini, masihkah kita tidak tahu manakala beribadah karena motif dunia, maka yang rugi – baik waktu, materi, maupun tenaga – adalah diri kita? Andaikata kita berhaji, haji kita hanyalah menghambur-hamb urkan uang dan mustahil dapat diterima. Kalau kita bershadaqah, berzakat, berinfaq, maka akan sia-sia, yang ada harta kita berkurang.Tetapi, inilah yang sering kita lakukan. Sesungguhnya, apabila kita mau menghayati perintah-perint ah agama dan aturan-aturanny a, maka kita akan mendapati bahwa dia sebenarnya indah. Keindahan agama itu tentu mustahil didapatkan apabila kita masih saja beribadah kepada Allah karena terpaksa atau memiliki motif-motif duniawi yang rendah, bukan karena kita mencintaiNya. Setiap ajaran agama yang diperintah Allah tidak lain hanya bertujuan untuk mengujiseberapa cinta kita kepadaNya.Apakah kita melakukan amal shalih karena cinta kepadaNya ataukah sebab terpaksa? Tuhan bisa diibaratkan majikan,bos, atau pimpinan, maka manakala kita melakukan tugasyang diberikannya itu karena terpaksa, takut akan hukumannya, atau mengharapkan gaji lebih tinggi darinya, itu berarti kalau tidak ada sanksi atau hukuman dan tidak diberikan honor yang tinggi, kerja kita akan meksimal. Dia tentu bukan pekerja yang baik, karena bekerja ada pamrihnya. Lalu, apakah beribadah untuk mengharapkan pahala dan takut akan siksaNya itu tidak diperbolehkan? Boleh! Tuhan itu tidak seperti bos Anda yangkalau Anda sudah bekerja keras pun, honornya sering kali tidak dinaikkan, bahkan takjarang malah dipotong, Tuhan tidak juga seperti majikan Andayang kalau Anda telah disiplin dan tertib dalam bekerja, gaji Anda pun masih sering telat diberikan. Tidak mengapa beribadah mengharapkan surga dan takutakan neraka sebagai motivasi dalam melakukan amal shalih. Secara fiqh (hukum Islam) tidak ada masalah, ini hanya wilayah tingkatan (maqam) spiritual saja dalam beribadah. Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengungkapkan, “Apabila hamba beribadah kepada Allah,dan ia ingin mendapatkan imbalan serta menjauhi maksiatsebab takut akan mendapatkansiksa, itu tidak lain cara ibadahnya kaum pedagang. Sebab, ia masih memperhitungkan untung dan ruginya. Apabila hamba beribadah kepada Allah karena takut akan siksaNya, maka itu tidak lain adalah cara ibadahnya para budak. Dan, ada sekelompok kecil hamba yang beribadah karena cinta suci kepadaNya, itulah ibadahnya mukmin sejati.” Tipe pertama dan kedua yang digambarkan Sayyidina Ali itulah yang sering kita lakukan.Karena itu, sangat wajarlah apabila Rabi’ah mengusik kesadaran motif beribadah kitahingga kini. Rabi’ah pada dasarnya mengajak kita supayaberibadah tidak karena pamrih demi meraih surga dan menghindar dari neraka, apalagi yang sangat menjijikkan, yakni beribadah dengan tujuan utnuk kelezatan dunia, ingin disebut dermawan,orang shalih, ingin mendapatkan jabatan tertentu,mendapat dukungan politik tertentu, dan lain-lain. “Madzhab cinta” ini telah banyak memberikan inspirasi bagi tokoh-tokoh sufi kenamaan yang hidup sesudahnya, misalnya Farid ad-Din al-Athar, Ibnu al-Farid, al-Hallaj, Jalaluddin Rumi, dan sebagainya. Muhammad Iqbal, seorang filsuf dari Pakistan, juga mengikuti jejak tokoh ini, ia menggunakan maqam cinta sebagai komponen untuk mendekatkan diri kepada AllahSWT. Wallahu A'lam